Rabu, 08 Juli 2015

Ramadhan Yang di Muliakan; saatnya berubah!!


Alhamdulillah, itulah sebuah ucapan segala pujian dan rasa syukur patut kita panjatkan hanya kepada Allah SWT, Rabbul ‘alamin karena masih diberi kesempatan bertemu dengan bulan Ramadhan. Momentum ini seharusnya menjadikan diri untuk bersegera berubah karena "perubahan itu bukan dinanti tapi harus diupayakan selalu." ini kesempatan yang sangat luar biasa bagi kita untuk memaksimalkan bulan Ramadhan tahun ini untuk melahirkan perubahan-perubahan penting dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat maupun bernegara.

Sebagaimana Allah berfirman ;

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

“Bulan Ramadhan adalah bulan di mana al-Qur’an diturunkan di dalamnya sebagai petunjuk untuk umat manusia, serta penjelasan, berupa petunjuk dan pembeda [antara yang haq dan batil].” [Q.S. al-Baqarah: 185]

Sungguh sangat disayangkan jika melihat fakta yang kita lihat saat ini, jauhnya umat islam dari islam itu sendiri, coba kita tengok potret ketidakadilan dalam penegakkan hukum juga demikian kasatmata. Hukum begitu rapuh dan “jompo” jika berhadapan dengan pemilik modal, pejabat dan penguasa; tetapi begitu “gagah” saat berhadapan dengan rakyat kecil dan tidak begitu “melek” hukum. Ketidakadilan, kejahatan dan berbagai kriminal semakin hari semakin merajalela, mengintai setiap saat.

Dengan melihat semua fakta ini, kita patut bertanya, bukankah negeri ini mayoritas penghuninya adalah Muslim? Bukankah mayoritas para pejabat/penguasa yang bertengger di kursi-kursi empuk mewah itu juga mayoritas Muslim? Bukankah mereka, saat memasuki bulan Ramadhan, berbondong-bondong antusias mengisinya dengan beragam ibadah agar bisa meraih takwa?

Anehnya nuansa islam hanya terasa saat memasuki bulan Ramadhan, sangat antusias mengisinya dengan beragam ibadah agar bisa meraih takwa? Beragam amal shalihpun dilakukan, namun, mengapa puasa Ramadhan seolah tidak memberikan pengaruh apa-apa kepada kebanyakan umat islam dan penguasa negeri ini? Mengapa usai Ramadhan mereka tidak terlahir menjadi pribadi yang baru, yakni pribadi yang benar-benar bertakwa sebagai buah dari puasa Ramadhan?

Saya pribadi sebagai umat muslim merindukan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya; kehidupan yang dinamis di bawah sebuah sistem yang sahih, yang bisa menenteramkan jiwa, memuaskan akal dan sesuai dengan fitrah manusia; kehidupan yang dipimpin oleh orang-orang salih, berpandangan jauh ke depan dan visi keumatannya lebih menonjol daripada visi dan kepentingan nafsu pribadinya. Semua itu landasannya adalah takwa. Takwalah yang menjadikan manusia meraih derajat paling mulia di sisi Allah SWT:

إِنَّ أَكرَمَكُم عِندَ اللَّهِ أَتقىٰكُم ۚ إِنَّ اللَّهَ عَليمٌ خَبيرٌ

"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian adalah orang yang paling bertakwa." (Q.S. Al-Hujurat [49]: 13).

Takwa pula yang menjadi buah manis dari ibadah puasa selama Ramadhan:


يٰأَيُّهَا الَّذينَ ءامَنوا كُتِبَ عَلَيكُمُ الصِّيامُ كَما كُتِبَ عَلَى الَّذينَ مِن قَبلِكُم لَعَلَّكُم تَتَّقونَ


"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana puasa itu diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa." (Q.S. Al-Baqarah [2]: 183).

Tentu, Allah SWT tidak pernah menyelisihi janji dan firman-Nya. Jika umat ini mengerjakan ibadah puasa dengan benar (sesuai dengan tuntunan al-Quran dan as-Sunnah) dan ikhlas semata-mata mengharap ridho Allah Subhanahu wa Ta'ala seraya belajar memahami hakikat berbagai peribadatan untuk menjadikan dan membentuk jiwa seorang Muslim tunduk pada segala aturan (Syariah) dan tuntunan yang dibawa Rasulullah saw.-niscaya hikmah takwa itu akan dapat terwujud.

Saatnya Perubahan itu dilakukan! let's go......

Saudaraku sadarkah kita, bahwa Bulan Ramadhan bagi umat Islam itu bukan segalanya? karena Ramadhan adalah bagian dari bulan saat Allah SWT memerintahkan di dalamnya satu kewajiban, yakni ibadah puasa. namun, harus kita ketahui kewajiban sebagai hamba Allah SWT tidak hanya sebatas puasa. Tentu masih banyak sekali kewajiban lain selain puasa.

Karena Islam tidak sebatas puasa; atau sebatas Ibadah MAhdoh saja yaitu shalat, puasa, zakat dan Haji serta ibadah ritual lainnya. Namun, puasa bisa dijadikan titik tolak untuk menuju perubahan kehidupan kaum Muslim yang lebih baik secara keseluruhan.

Sejatinya, bagi setiap Muslim yang bertakwa, dia tidak akan meninggalkan Ramadhan berlalu begitu saja tanpa meninggalkan torehan jejak ukiran yang terpahat kuat di dalam dirinya, yakni sebuah nilai kesadaran akan pentingnya kembali hidup taat dengan aturan Allah SWT.

Bagi seorang Muslim yang bertakwa, Akidah dan Syariah Islam adalah kebutuhan dan persoalan antara hidup dan mati. Akidah dan Syariah Islam harus menjadi faktor penentu hidup ini berarti atau tidak, mulia atau hina, baik dalam di dunia maupun di akhirat kelak.

Karena itu, seorang Muslim yang bertakwa harus berani mengatakan “Tidak” terhadap Sekularisme yaitu pemisahan agama dengan kehidupan serta membuang dan mencampakkan ide-ide kufur yang jelas-jelas bertentangan dengan akidah dan syariah Islam seperti demokrasi, liberalisme dan ideologi Kapitalisme dengan semua nilai turunannya. Sebab, setiap Muslim yang bertakwa wajib menolaknya, selagi Allah SWT masih memberikan kesempatan dan sebelum datangnya ketentuan-Nya:


حَتّىٰ إِذا جاءَ أَحَدَهُمُ المَوتُ قالَ رَبِّ ارجِعونِ ﴿٩٩﴾ لَعَلّى أَعمَلُ صٰلِحًا فيما تَرَكتُ ۚ كَلّا ۚ إِنَّها كَلِمَةٌ هُوَ قائِلُها ۖ وَمِن وَرائِهِم بَرزَخٌ إِلىٰ يَومِ يُبعَثونَ ﴿١٠٠﴾


"Hingga jika datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, “Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku bias berbuat amal salih sebagai ganti dari yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang dia ucapkan saja. Di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan." (Q.S. Al-Mukminun []: 99-100).

Dan sudah menjadi fakta yang tidak terelakkan, jawaban atas carut-marutnya kehidupan kaum Muslim, khususnya di negeri ini, adalah kembali ke jalan Allah SWT, yaitu dengan menegakkan kembali hukum-hukum-Nya secara kaffah dalam institusi Daulah Khilafah ‘ala Minhaj an-Nubuwwah. Sebab, tiada kemulian tanpa Islam, tiada Islam tanpa syariah, dan tidak akan pernah ada syariah yang kaffah kecuali dengan menegakkan Daulah Khilafah al-Islamiyah. Allah SWT berfirman:

وَيَومَئِذٍ يَفرَحُ المُؤمِنونَ ﴿٤﴾ بِنَصرِ اللَّهِ ۚ يَنصُرُ مَن يَشاءُ ۖ وَهُوَ العَزيزُ الرَّحيمُ ﴿٥﴾


"Pada hari itu bergembiralah orang-orang yang beriman karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang Dia kehendaki dan Dia Mahaperkasa lagi Penyayang." (Q.S. Ar-Rum [30]: 4-5).

Mari jadikan Bulan ramadhan, bulan perubahan serta untuk mewujudkan janji Allah SWT:

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ

“Allah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan beramal shalih di antara kalian untuk memberikan kekuasaan [Khilafah] kepada mereka di muka bumi.” [Q.S. an-Nur: 55]

Mari Raih Takwa di Bulan Ramadhan Penuh Berkah dengan selalu mengkaji Islam dan menyerukan Amar ma'ruf nahi munkar (al`amru bil-ma'ruf wannahyu'anil-mun'kar) menyuruh berbuat baik dan mencegah kemungkaran untuk mewujudkan Daulah Khilafah ‘ala Minhaj an-Nubuwwah.

Moga bermanfaat^^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar