Selasa, 28 Juli 2015

Berbusana sesuai syar’a merupakan perintah Allah

Banyak hal yang terkadang sudah kita pahami tapi tidak mau menjalani padahal jelas, menutup aurat ada sebuah kewajiban, bukan menunggu kesiapan.
Rsulullah bersabda;

"Seindah-indahnya perhiasan dunia adalah wanita sholihah." (HR.Muslim)
 
Sebagaimana firman Allah ;

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya  ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang .”
(TQS. Al Ahzab : 59)

Ayat ini secara jelas memberikan ketentuan tentang pakaian yang wajib dikenakan wanita Muslimah. Pakaian tersebut adalah jilbab yang menutup seluruh tubuhnya.  Mengapa harus Jilbab!!  Coba kita cari tahu.

Kata jalâbîb merupakan bentuk jamak dari kata jilbâb. Terdapat beberapa pengertian yang diberikan para ulama mengenai kata jilbab.

1) Ibnu Abbas menafsirkannya sebagai ar-ridâ’ (mantel) yang menutup tubuh dari atas hingga bawah.

2) Al-Qasimi menggambarkan, ar-ridâ’ itu seperti as-sirdâb (terowongan).

3) Adapun menurut al-Qurthubi, Ibnu al-’Arabi, dan an-Nasafi jilbab adalah pakaian yang menutupi seluruh tubuh.

4) Ada juga yang mengartikannya sebagai milhafah (baju kurung yang longgar dan tidak tipis) dan semua yang menutupi, baik berupa pakaian maupun lainnya.

5) Sebagian lainnya memahaminya sebagai mulâ’ah (baju kurung) yang menutupi wanita.

6) al-qamîsh (baju gamis).

7) Meskipun berbeda-beda, menurut al-Baqai, semua makna yang dimaksud itu tidak salah.

8) Bahwa jilbab adalah setiap pakaian longgar yang menutupi pakaian yang biasa dikenakan dalam keseharian dapat dipahami dari hadis Ummu ‘Athiyah ra. :

Rasulullah saw. memerintahkan kami untuk keluar pada Hari Fitri dan Adha, baik gadis yang menginjak akil balig, wanita-wanita yang sedang haid, maupun wanita-wanita pingitan. Wanita yang sedang haid tetap meninggalkan shalat, namun mereka dapat menyaksikan kebaikan dan dakwah kaum Muslim. Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, salah seorang di antara kami ada yang tidak memiliki jilbab?” Rasulullah saw. menjawab, “Hendaklah saudarinya meminjamkan jilbabnya kepadanya.” (HR Muslim).

Hadis ini, di samping, menunjukkan kewajiban wanita untuk mengenakan jilbab ketika hendak keluar rumah, juga memberikan pengertian jilbab; bahwa yang dimaksud dengan jilbab bukanlah pakaian sehari-hari yang biasa dikenakan dalam rumah. Sebab, jika disebutkan ada seorang wanita yang tidak memiliki jilbab, tidak mungkin wanita itu tidak memiliki pakaian yang biasa dikenakan dalam rumah. Tentu ia sudah memiliki pakaian, tetapi pakaiannya itu tidak terkategori sebagai jilbab.


Seorang wanita
Bagi para wanita, mereka tak boleh merasa diperlakukan diskriminatif sebagaimana kerap diteriakkan oleh pengajur feminisme. Faktanya, memang terdapat perbedaan mencolok antara tubuh wanita dan tubuh laki-laki. Oleh karenanya, wajar jika ketentuan terhadapnya pun berbeda. Keadilan tak selalu harus sama. Jika memang faktanya memang berbeda, solusi terhadapnya pun juga tak harus sama.

Penggunaan jilbab dalam kehidupan umum akan mendatangkan kebaikan bagi semua pihak. Dengan tubuh yang tertutup jilbab, kehadiran wanita jelas tidak akan membangkitkan birahi lawan jenisnya. Sebab, naluri seksual tidak akan muncul dan menuntut pemenuhan jika tidak ada stimulus yang merangsangnya. Dengan demikian, kewajiban berjilbab telah menutup salah satu celah yang dapat mengantarkan manusia terjerumus ke dalam perzinaan; sebuah perbuatan menjijikkan yang amat dilarang oleh Islam.

Fakta menunjukkan, di negara-negara Barat yang kehidupannya dipenuhi dengan pornografi dan pornoaksi, angka perzinaan dan pemerkosaannya amat mengerikan. Di AS pada tahun 1995, misalnya, angka statistik nasional menunjukkan, 1,3 perempuan diperkosa setiap menitnya. Berarti, setiap jamnya 78 wanita diperkosa, atau 1.872 setiap harinya, atau 683.280 setiap tahunnya!24 Realitas ini makin membuktikan kebenaran ayat ini: Dzâlika adnâ an yu’rafna falâ yu’dzayn (Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal sehingga mereka tidak diganggu).

Bagi wanita, jilbab juga dapat mengangkatnya pada derajat kemuliaan. Dengan aurat yang tertutup rapat, penilaian terhadapnya lebih terfokus pada kepribadiannya, kecerdasannya, dan profesionalismenya serta ketakwaannya. Ini berbeda jika wanita tampil ‘terbuka’ dan sensual. Penilaian terhadapnya lebih tertuju pada fisiknya. Penampilan seperti itu juga hanya akan menjadikan wanita dipandang sebagai onggokan daging yang memenuhi hawa nafsu saja.

Walhasil, penutup ayat ini harus menjadi catatan amat penting dalam menyikapi kewajiban jilbab. Wa kânaLlâh Ghafûra Rahîma (Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang). Ini memberikan isyarat, kewajiban berjilbab tersebut merupakan salah satu bentuk kasih sayang Allah Swt. kepada hamba-Nya. Siapa yang tidak mau disayangi-Nya?!

Yuk Ngaji biar tahu ^^
Moga Bermanfaat

Rabu, 08 Juli 2015

Ramadhan Yang di Muliakan; saatnya berubah!!


Alhamdulillah, itulah sebuah ucapan segala pujian dan rasa syukur patut kita panjatkan hanya kepada Allah SWT, Rabbul ‘alamin karena masih diberi kesempatan bertemu dengan bulan Ramadhan. Momentum ini seharusnya menjadikan diri untuk bersegera berubah karena "perubahan itu bukan dinanti tapi harus diupayakan selalu." ini kesempatan yang sangat luar biasa bagi kita untuk memaksimalkan bulan Ramadhan tahun ini untuk melahirkan perubahan-perubahan penting dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat maupun bernegara.

Sebagaimana Allah berfirman ;

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

“Bulan Ramadhan adalah bulan di mana al-Qur’an diturunkan di dalamnya sebagai petunjuk untuk umat manusia, serta penjelasan, berupa petunjuk dan pembeda [antara yang haq dan batil].” [Q.S. al-Baqarah: 185]

Sungguh sangat disayangkan jika melihat fakta yang kita lihat saat ini, jauhnya umat islam dari islam itu sendiri, coba kita tengok potret ketidakadilan dalam penegakkan hukum juga demikian kasatmata. Hukum begitu rapuh dan “jompo” jika berhadapan dengan pemilik modal, pejabat dan penguasa; tetapi begitu “gagah” saat berhadapan dengan rakyat kecil dan tidak begitu “melek” hukum. Ketidakadilan, kejahatan dan berbagai kriminal semakin hari semakin merajalela, mengintai setiap saat.

Dengan melihat semua fakta ini, kita patut bertanya, bukankah negeri ini mayoritas penghuninya adalah Muslim? Bukankah mayoritas para pejabat/penguasa yang bertengger di kursi-kursi empuk mewah itu juga mayoritas Muslim? Bukankah mereka, saat memasuki bulan Ramadhan, berbondong-bondong antusias mengisinya dengan beragam ibadah agar bisa meraih takwa?

Anehnya nuansa islam hanya terasa saat memasuki bulan Ramadhan, sangat antusias mengisinya dengan beragam ibadah agar bisa meraih takwa? Beragam amal shalihpun dilakukan, namun, mengapa puasa Ramadhan seolah tidak memberikan pengaruh apa-apa kepada kebanyakan umat islam dan penguasa negeri ini? Mengapa usai Ramadhan mereka tidak terlahir menjadi pribadi yang baru, yakni pribadi yang benar-benar bertakwa sebagai buah dari puasa Ramadhan?

Saya pribadi sebagai umat muslim merindukan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya; kehidupan yang dinamis di bawah sebuah sistem yang sahih, yang bisa menenteramkan jiwa, memuaskan akal dan sesuai dengan fitrah manusia; kehidupan yang dipimpin oleh orang-orang salih, berpandangan jauh ke depan dan visi keumatannya lebih menonjol daripada visi dan kepentingan nafsu pribadinya. Semua itu landasannya adalah takwa. Takwalah yang menjadikan manusia meraih derajat paling mulia di sisi Allah SWT:

إِنَّ أَكرَمَكُم عِندَ اللَّهِ أَتقىٰكُم ۚ إِنَّ اللَّهَ عَليمٌ خَبيرٌ

"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian adalah orang yang paling bertakwa." (Q.S. Al-Hujurat [49]: 13).

Takwa pula yang menjadi buah manis dari ibadah puasa selama Ramadhan:


يٰأَيُّهَا الَّذينَ ءامَنوا كُتِبَ عَلَيكُمُ الصِّيامُ كَما كُتِبَ عَلَى الَّذينَ مِن قَبلِكُم لَعَلَّكُم تَتَّقونَ


"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana puasa itu diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa." (Q.S. Al-Baqarah [2]: 183).

Tentu, Allah SWT tidak pernah menyelisihi janji dan firman-Nya. Jika umat ini mengerjakan ibadah puasa dengan benar (sesuai dengan tuntunan al-Quran dan as-Sunnah) dan ikhlas semata-mata mengharap ridho Allah Subhanahu wa Ta'ala seraya belajar memahami hakikat berbagai peribadatan untuk menjadikan dan membentuk jiwa seorang Muslim tunduk pada segala aturan (Syariah) dan tuntunan yang dibawa Rasulullah saw.-niscaya hikmah takwa itu akan dapat terwujud.

Saatnya Perubahan itu dilakukan! let's go......

Saudaraku sadarkah kita, bahwa Bulan Ramadhan bagi umat Islam itu bukan segalanya? karena Ramadhan adalah bagian dari bulan saat Allah SWT memerintahkan di dalamnya satu kewajiban, yakni ibadah puasa. namun, harus kita ketahui kewajiban sebagai hamba Allah SWT tidak hanya sebatas puasa. Tentu masih banyak sekali kewajiban lain selain puasa.

Karena Islam tidak sebatas puasa; atau sebatas Ibadah MAhdoh saja yaitu shalat, puasa, zakat dan Haji serta ibadah ritual lainnya. Namun, puasa bisa dijadikan titik tolak untuk menuju perubahan kehidupan kaum Muslim yang lebih baik secara keseluruhan.

Sejatinya, bagi setiap Muslim yang bertakwa, dia tidak akan meninggalkan Ramadhan berlalu begitu saja tanpa meninggalkan torehan jejak ukiran yang terpahat kuat di dalam dirinya, yakni sebuah nilai kesadaran akan pentingnya kembali hidup taat dengan aturan Allah SWT.

Bagi seorang Muslim yang bertakwa, Akidah dan Syariah Islam adalah kebutuhan dan persoalan antara hidup dan mati. Akidah dan Syariah Islam harus menjadi faktor penentu hidup ini berarti atau tidak, mulia atau hina, baik dalam di dunia maupun di akhirat kelak.

Karena itu, seorang Muslim yang bertakwa harus berani mengatakan “Tidak” terhadap Sekularisme yaitu pemisahan agama dengan kehidupan serta membuang dan mencampakkan ide-ide kufur yang jelas-jelas bertentangan dengan akidah dan syariah Islam seperti demokrasi, liberalisme dan ideologi Kapitalisme dengan semua nilai turunannya. Sebab, setiap Muslim yang bertakwa wajib menolaknya, selagi Allah SWT masih memberikan kesempatan dan sebelum datangnya ketentuan-Nya:


حَتّىٰ إِذا جاءَ أَحَدَهُمُ المَوتُ قالَ رَبِّ ارجِعونِ ﴿٩٩﴾ لَعَلّى أَعمَلُ صٰلِحًا فيما تَرَكتُ ۚ كَلّا ۚ إِنَّها كَلِمَةٌ هُوَ قائِلُها ۖ وَمِن وَرائِهِم بَرزَخٌ إِلىٰ يَومِ يُبعَثونَ ﴿١٠٠﴾


"Hingga jika datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, “Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku bias berbuat amal salih sebagai ganti dari yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang dia ucapkan saja. Di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan." (Q.S. Al-Mukminun []: 99-100).

Dan sudah menjadi fakta yang tidak terelakkan, jawaban atas carut-marutnya kehidupan kaum Muslim, khususnya di negeri ini, adalah kembali ke jalan Allah SWT, yaitu dengan menegakkan kembali hukum-hukum-Nya secara kaffah dalam institusi Daulah Khilafah ‘ala Minhaj an-Nubuwwah. Sebab, tiada kemulian tanpa Islam, tiada Islam tanpa syariah, dan tidak akan pernah ada syariah yang kaffah kecuali dengan menegakkan Daulah Khilafah al-Islamiyah. Allah SWT berfirman:

وَيَومَئِذٍ يَفرَحُ المُؤمِنونَ ﴿٤﴾ بِنَصرِ اللَّهِ ۚ يَنصُرُ مَن يَشاءُ ۖ وَهُوَ العَزيزُ الرَّحيمُ ﴿٥﴾


"Pada hari itu bergembiralah orang-orang yang beriman karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang Dia kehendaki dan Dia Mahaperkasa lagi Penyayang." (Q.S. Ar-Rum [30]: 4-5).

Mari jadikan Bulan ramadhan, bulan perubahan serta untuk mewujudkan janji Allah SWT:

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ

“Allah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan beramal shalih di antara kalian untuk memberikan kekuasaan [Khilafah] kepada mereka di muka bumi.” [Q.S. an-Nur: 55]

Mari Raih Takwa di Bulan Ramadhan Penuh Berkah dengan selalu mengkaji Islam dan menyerukan Amar ma'ruf nahi munkar (al`amru bil-ma'ruf wannahyu'anil-mun'kar) menyuruh berbuat baik dan mencegah kemungkaran untuk mewujudkan Daulah Khilafah ‘ala Minhaj an-Nubuwwah.

Moga bermanfaat^^


Rabu, 01 Juli 2015

Hukum Pacaran Dalam Agama Islam

Cinta, siapa tidak mengenalnya. saya pun pernah merasakan dan itu naluri manusia. permasalahannya perbuatan yang hendak dilakukan itu yang di nilai. Cintanya dibawa ke pernikahan atau ke sebuah hubungan yang dilarang ALlah yaitu pacaran.

Memang larangan mengenai pacaran di dalam Islam tidak dibahas secara gamblang. Mungkin itulah salah satu faktor yang mengakibatkan kebanyakan orang awam tidak dapat menerima atas hukum pelarangan pacaran ini. Telah sama-sama kita ketahui bahwa Islam adalah agama yang mengharamkan perbuatan zina, termasuk juga perbuatan yang MENDEKATI ZINA.

Sebagaimana Allah SWT berfirman ;
"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan sesuatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra, 17 : 32)

Sudahlah jelas bahwa pacaran itu tidak diperbolehkan, karena mendekati Zina saja tidak boleh apalagi sampai melakukkannya.

Coba apa saja perbuatan yang tergolong MENDEKATI ZINA itu?
Kita lihat aktifitas pacaran diantaranya adalah: saling memandang, merajuk atau manja, berdua-duaan (berkhalwat), bersentuhan  bisa berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, dan bahkan bercumbu rayu, dan lain sebagainya.  Naudzubillah

Jelas unsur-unsur ini dilarang dalam agama Islam, maka tentu saja hal-hal yang di dalamnya terdapat unsur tersebut yaitu termasuk aktifitas yang namanya "PACARAN" tentu  "di LARANG"

Hal ini sebagaimana telah disebutkan dalam hadits berikut:
Dari Ibnu Abbas r.a. dikatakan: "Tidak ada yang ku perhitungkan lebih menjelaskan tentang dosa-dosa kecil dari pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Allah telah menentukan bagi anak Adam bagiannya dari zina yang pasti dia lakukan. Zinanya mata adalah melihat (dengan syahwat), zinanya lidah adalah mengucapkan (dengan syahwat), zinanya hati adalah mengharap dan menginginkan (pemenuhan nafsu syahwat), maka farji (kemaluan) yang membenarkan atau mendustakannya." (HR. Al-Bukhari dan Imam Muslim)

Dalil di atas kemudian juga diperkuat lagi oleh beberapa hadits dan ayat Al-Qur'an berikut:
"Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan dengan wanita kecuali bersama mahramnya."
(HR. Al-Bukhari dan Imam Muslim)

"Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah seorang laki-laki sendirian dengan seorang wanita yang tidak disertai mahramnya. Karena sesungguhnya yang ketiganya adalah syaitan." (HR. Imam Ahmad)

"Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, itu lebih baik dari pada menyentuh wanita yang tidak halal baginya." (Hadist Hasan, Thabrani dalam Mu'jam Kabir 20/174/386)

"Demi Allah, tangan Rasulallah SAW tidak pernah menyentuh tangan wanita (bukan mahram) sama sekali meskipun dalam keadaan memba'iat. Beliau tidak memba'iat mereka kecuali dengan mangatakan: "Saya ba'iat kalian." (HR. Al-Bukhari)

"Sesungguhnya saya tidak berjabat tangan dengan wanita." (HR. Malik, Nasa'i, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad) Telah berkata Aisyah r.a. "Demi Allah, sekali-kali dia (Rasul) tidak pernah menyentuh tangan wanita (bukan mahram) melainkan dia hanya membai'atnya (mengambil janji) dengan perkataaan." (HR. Al-Bukhari dan Ibnu Majah).

"Wahai Ali, janganlah engkau meneruskan pandangan haram (yang tidak sengaja) dengan pandangan yang lain. Karena pandangan yang pertama mubah untukmu. Namun yang kedua adalah haram." (HR. Abu Dawud, Ath-Tirmidzi dan dihasankan oleh Al-Albani)

"Pandangan itu adalah panah beracun dari panah-panah iblis. Maka barang siapa yang memalingkan (menundukan) pandangannya dari kecantikan seorang wanita, ikhlas karena Allah, maka Allah akan memberikan di hatinya kelezatan sampai pada hari Kiamat." (HR. Imam Ahmad)

Dari Jarir bin Abdullah r.a. dikatakan: "Aku bertanya kepada Rasulallah SAW tentang memandang (lawan-jenis) yang (membangkitkan syahwat) tanpa disengaja. Lalu beliau memerintahkan aku mengalihkan (menundukan) pandanganku." (HR. Imam Muslim)

"Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidak-lah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk (merendahkan suara) dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik." (QS. Al-Ahzab, 33 : 32)

Begitu banyak penjelasan terkait tidak diperbolehkan pacaran, tapi kenapa kebanyakan orang muslim melakukannya, itu karena aqidah Islam tidak menancap kuat dan aturan Allah hanya dimasukan ranah ibdah saja bukan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

#YUkNGAJI #IslamKAFFAH #ShariahDanKhilafah

Semoga bermanfaat.

Minggu, 02 Maret 2014

Nikmatnya Sehat

Sehat!! Siapa yang tidak ingin sehat!! semua pasti ingin sehat, agar tugas dan kewajiban hidup bisa dilaksanakan dengan baik. begitupun saya, hal yang sering saya lantunkan dalam do'a adalah diberi nikmat sehat. karena sehat merupakan anugerah yang tak ternilai harganya.

Do'a yang selalu saya panjatkan :

"Ya Allah, berikan aku Ilham untuk tetap mensyukuri NikmatMU yang telah Engkau Anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau Ridhoi dan masukanlah aku dengan RahmatMU kedalam golongan hamba-hambamu yang saleh." Aamiin

Sungguh Nikmat sehat itu tak ternilai harganya,  bahkan Islam memandang bahwa kesehatan merupakan nikmat dan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala yang wajib disyukuri. Terkadang tanpa disadari kita sering mengeluh dengan kondisi yang kita jalani dan sebenarnya tidak bisa dibandingkan dengan saudara kita yang jauh kehidupannya dibawah kita.


Di sepanjang perjalanan hidup saya, jika saya mengamati dan melihat ternyata banyak manusia yang mengabaikan dan melupakan nikmat sehat yang diberikan oleh Allah, termasuk saya pun pernah mengabaikannya. padahal jelas Rasulullah SAW bersabda :" Ada dua nikmat yang banyak dilupakan manusia, yaitu nikmat sehat dan peluang kesempatan" (HR. Imam Bukhari). 2 hal ini lah yang sering dilupakan manusia, dan mereka sadar ketika waktu sudah diujung akhir.


Nikmat sehat ini, seharusnya menjadi renungan bagi dirisetiap nikmat itu selalu meminta kita kesadaran untuk berpikir: untuk apa dan kemana saja segala nikmat tersebut digunakan. Kesadaran berpikir ini pada gilirannya yang akan menjaga akal sehat untuk tidak dimabuk akan segala nikmat: Saat susah, tetap bersabar; saat senang, harus bersyukur.  Jika kesadaran berpikir tersebut hilang dari porosnya, maka yang ada adalah: saat susah kita akan mudah mengeluh, saat senang kita akan menjadi sombong dan angkuh. Sehingga, merawat akal sehat juga bagian dari kita menjaga agar segala perasaan jiwa kita tetap stabil bagaimana pun kondisinya.


Satu-satunya jalan dan usaha kita dalam mensyukuri nikmat Allah adalah dengan cara senantiasa mensyukuri nikmat yang Allah berikan tatkala diberi KESEHATAN, yaitu dengan semaksimal mungkin menjaga tubuh dengan baik, memberi asupan gizi dan nutrisi yang seimbang serta banyak minum dan olahraga. sehingga kemudahan pun di dapat ketika melakukan kewajiban dalam beribadah, begitupun amalan sunnah.


Tiada kata lain yang harus kita ucapkan "Bersyukurlah atas nikmat sehat sebelum sakit." kalaupun sakit itu menerpa, sebagai orang mukmin maka sabar dan tawakkal lah bentuk tanda syukur kepada Allah.


Rasulullah shallallahu a'alaihi wa salam bersabda :"Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: waktu mudamu sebelum masa tuamu, waktu sehatmu sebelum waktu sakitmu, waktu kayamu sebelum waktu fakirmu, waktu luangmu sebelum waktu sibukmu, dan waktu hidupmu sebelum matimu" (HR. Al Hakim dalam Al Mustadrok, 4/341, dari Ibnu ‘Abbas.)


Marilah jadikan nikmat sehat ini untuk selalu kita manfaatkan, sehingga setiap aktivitas ibadah bisa dilakukan semaksimal mungkin, berikan yang terbaik dalam kehidupan ini, karena setiap diri kelak akan dimintai pertanggungjawaban.sebagaimana Allah Berfirman; " Tiap - tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah di perbuatnya." (Surat Al-Mudatsir : 38)


semoga bermanfaat

Sehat!! Siapa yang tidak ingin sehat!! semua pasti ingin sehat, agar tugas dan kewajiban hidup bisa dilaksanakan dengan baik. begitupun saya, hal yang sering saya lantunkan dalam do'a adalah diberi nikmat sehat. karena sehat merupakan anugerah yang tak ternilai harganya.

Do'a yang selalu saya panjatkan :

"Ya Allah, berikan aku Ilham untuk tetap mensyukuri NikmatMU yang telah Engkau Anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau Ridhoi dan masukanlah aku dengan RahmatMU kedalam golongan hamba-hambamu yang saleh." Aamiin

Sungguh Nikmat sehat itu tak ternilai harganya,  bahkan Islam memandang bahwa kesehatan merupakan nikmat dan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala yang wajib disyukuri. Terkadang tanpa disadari kita sering mengeluh dengan kondisi yang kita jalani dan sebenarnya tidak bisa dibandingkan dengan saudara kita yang jauh kehidupannya dibawah kita.


Di sepanjang perjalanan hidup saya, jika saya mengamati dan melihat ternyata banyak manusia yang mengabaikan dan melupakan nikmat sehat yang diberikan oleh Allah, termasuk saya pun pernah mengabaikannya. padahal jelas Rasulullah SAW bersabda :" Ada dua nikmat yang banyak dilupakan manusia, yaitu nikmat sehat dan peluang kesempatan" (HR. Imam Bukhari). 2 hal ini lah yang sering dilupakan manusia, dan mereka sadar ketika waktu sudah diujung akhir.


Nikmat sehat ini, seharusnya menjadi renungan bagi diri kita untuk berfikir : untuk apa dan kemana saja segala nikmat tersebut digunakan. Kesadaran berpikir ini pada gilirannya yang akan menjaga akal sehat untuk tidak dimabuk akan segala nikmat: Saat susah itu datang mendera, tetap bersabar; saat senang menghampiri, harus bersyukur.  Jika kesadaran berpikir tersebut hilang dari porosnya, maka yang ada adalah: saat susah kita akan mudah mengeluh, saat senang kita akan menjadi sombong dan angkuh. Sehingga, merawat akal sehat juga bagian dari kita menjaga agar segala perasaan jiwa kita tetap stabil bagaimana pun kondisinya.


Satu-satunya jalan dan usaha kita dalam mensyukuri nikmat Allah adalah dengan cara senantiasa mensyukuri nikmat yang Allah berikan tatkala diberi KESEHATAN, yaitu dengan semaksimal mungkin menjaga tubuh dengan baik, memberi asupan gizi dan nutrisi yang seimbang serta banyak minum dan olahraga. sehingga kemudahan pun di dapat ketika melakukan kewajiban dalam beribadah, begitupun amalan sunnah.


Tiada kata lain yang harus kita ucapkan "Bersyukurlah atas nikmat sehat sebelum sakit." kalaupun sakit itu menerpa, sebagai orang mukmin maka sabar dan tawakkal lah bentuk tanda syukur kepada Allah.


Rasulullah shallallahu a'alaihi wa salam bersabda :"Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: waktu mudamu sebelum masa tuamu, waktu sehatmu sebelum waktu sakitmu, waktu kayamu sebelum waktu fakirmu, waktu luangmu sebelum waktu sibukmu, dan waktu hidupmu sebelum matimu" (HR. Al Hakim dalam Al Mustadrok, 4/341, dari Ibnu ‘Abbas.)


Marilah jadikan nikmat sehat ini untuk selalu kita manfaatkan, sehingga setiap aktivitas ibadah bisa dilakukan semaksimal mungkin, berikan yang terbaik dalam kehidupan ini, karena setiap diri kelak akan dimintai pertanggungjawaban.sebagaimana Allah Berfirman; " Tiap - tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah di perbuatnya." (Surat Al-Mudatsir : 38)


semoga bermanfaat








Kamis, 27 Februari 2014

Remaja adalah Generasi emas

Masa-masa remaja, siapa yang tidak pernah mengalaminya. Saya pribadipun pernah merasakannya. Banyak remaja bilang “masa yang paling indah untuk bersenang-senang” eitss maksudnya apa?? Dimasa remaja inilah banyak yang bingung mencari jati dirinya, sehingga dipastikan jika salah pergaulan akhirnya penyesalan tiada akhir yang dirasakan.

Kenapa saya membahas remaja! karena remaja adalah generasi emas, jika remaja rusak dipastikan generasi itu rusak. Didalam pandangan Islam dimana seorang yang mencapai usia remaja harusnya mengalami PENINGKATAN BERFIKIR dan PENINGKATAN dalam PERBUATAN sehingga ketika dia berbuat sesuatu standart yang dipakai adalah Hukum Syar'a (Hukum Islam) karena dia senantiasa memahami darimana berasal dan untuk apa dia hidup dan bagaimana menjalani hidup serta mengetahui akan kemana setelah hidup.

Tetapi yang saya lihat kebanyakan remaja sudah hilang jati dirinya, sehingga aktifitas hidupnya hanya untuk kesenangan dunia yang sementara, karena mereka lupa bahwa setiap diri akan di minta pertanggungjawaban didunia. Allah berfirman " Tiap - tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya (QS. Al-Mudatsir : 38)

Minggu, 19 Januari 2014

Memahami hakekat diri sebagai muslim

Bingung atas Ketidaktahuan dan ketidakjelasan dalam memahami hidup ini, sepertinya tidak pernah lepas dari kehidupan. terutama menimpa kebanyakan para remaja saat ini, mereka bingung dengan jati dirnya sehingga tidak tahu arah tujuan hidupnya alias Galau. coba kita lihat fakta yang terjadi, dikalangan banyak remaja, banyaknya kecelakaan terjadi atas nama cinta yang berpondasi pacaran serta aborsi (pembunuhan bayi). ironis memang melihat remaja sekarang demi mendpat sebuah hp BB, diri pun digadaikan dengan murah. Astagfirullah

Rabu, 15 Januari 2014

Taqwa kepada Allah

ketika seorang hamba bertaqwa kepada Allah, dirinya akan sellau mengikuti aturan Allah dan menjauhi laranganNYA. seorang hamba yang bertaqwa tempatnya adalah surga. karena Surga hanya diperuntukkan hanya untuk orang-orang yang beriman.